Pages

Komunitas Taring Babi

  Apa sih Taring Babi? Taring Babi adalah sebuah komunitas sekumpulan anak-anak punk. Komunitas yang sudah terbentuk kurang lebih 15 tahun lalu ini, memaksimalkan semua kreatifitas yang mereka miliki.
    Apa aja sih yang mereka lakukan? Well, Taring Babi yang bermarkas di Jalan Moh Kahfi II, Gang Setiabudi, Srengseng Sawah, Jaksel ini mempunyai banyak kegiatan dan jenis usaha. Mulai dari cukil kayu, daur ulang limbah plastik, nyablon kaos, bermusik, membuat tato, dan masih banyak lagi.


"Setiap anggota di Taring Babi, mempunyai bidang dan keahliannya masing-masing," kata Bob, dedengkot di Taring Babi. "Ada Ricky yang membuat kerajinan tangan dari limbah plastik, ada Umam yang spesialis sablon. Gue sendiri aktif di musik dan membuat komik," terangnya. 
    Untuk membuat kerajinan dari limbah plastik, mereka menggunakan bungkus-bungkus plastik bekas kopi instan. Nyari plastiknya di Setu Babakan, sebuah setu yang dekat dengan markas Taring Babi. "Sekalian ngebersihin setu. Setunya jadi bersih dari sampah. Sampah-sampahnya kami manfaatin buat kerajinan tangan," ujar Umam.
    Dari limbah plastik ini mereka bisa ngebuat gelang, kalung, dan dompet. Karya-karya lain yang mereka hasilkan juga cukup banyak peminatnya cuy. Bahkan sudah punya pemesan khusus dari berbagai daerah.
    Komunitas ini juga pernah diundang ke Jerman oleh sebuah lembaga di sana. Selain menjual hasil karya dan bermain musik, di Jerman mereka mengenalkan tentang punk, khususnya Taring Babi kepada publik. "Ternyata masyarakat di sana cukup antusias dan sangat menghargai kami," kata Bob.
    Kegiatan sosial Taring Babi juga cukup tinggi. Sewaktu terjadi tsunami di Jepang bulan Maret 2011 lalu, mereka ikut mengumpulkan dana untuk para korban dan disalurkan melalui teman-teman komunitas punk mereka di Jepang.


Marjinal

    Komunitas Taring Babi menyalurkan aktifitas bermusik mereka secara positif. Bob dan Mike contohnya. Mereka membentuk sebuah band yang diberi nama Marjinal. Marjinal sudah membuat lima album lagu yang mereka produksi sendiri. Mereka memasarkan album mereka melalui distro-distro yang menjual kaos produk Taring Babi.
    "Lagu-lagunya kami ciptakan sendiri. Isinya tentang kehidupan sehari-hari, kritik sosial dan politik, lingkungan hidup, dan cinta secara global," kata Bob.  Lagu-lagu Marjinal cukup terkenal loh di kalangan punkers. Bahkan, ada yang jadi soundtrack film layar lebar. Kalau ada yang pernah nonton film Punk in Love yang dibintangi Vino Sebastian, nah beberapa lagu dari Marjinal menjadi original soundtrack film ini.

Persepsi

     Walaupun kegiatan Komunitas Taring Babi positif, ternyata tetap nggak mudah untuk meyakinkan masyarakat untuk menerima mereka. "Yah, mungkin karena penampilan kami dan mindset orang-orang tentang anak punk," kata Ricky yang wajahnya penuh dengan piercing.
    "Dulu aja sewaktu kami memutuskan untuk membuat basecamp di Gang Setiabudi ini, warga sekitar sangat keberatan. Kami sampai dipanggil Ketua RT untuk mengadakan musyawarah dengan warga sini. Kami diberi kesempatan selama tiga bulan untuk membuktikan apa saja yang dapat kami perbuat," kenang Bob.
    Akhirnya mereka benar-benar ngebuktiin bahwa mereka tidak seperti yang warga sekitar kira. Ketakutan warga akhirnya lumer setelah melihat banyak hal positif yang dilakukan Komunitas Taring Babi. Malahan, setiap ada kegiatan, warga pasti mengikutsertakan komunitas ini.
    "Sekarang, anak-anak karang taruna sini ngumpulnya di basecamp Taring Babi. Warga sekitar juga sudah menganggap kami seperti keluarga sendiri," kata Umam sambil tertawa.
    Bob menambahkan, "Memang masih banyak di luar sana yang memandang kami, anak-anak punk, secara negatif. Cuek aja, itu hak mereka kok. Ini sudah menjadi konsekuensi kami. Yang perlu kami lakukan adalah membuktikan diri dan tidak tergantung kepada orang lain."
    Salut ya sama prinsip mereka. Ternyata tidak semua anak punk seperti yang kita bayangin. So guys.. Don't judge a book by the cover...!!




sumber :
http://stefanuscakra.blogspot.com/2012/08/komunitas-taring-babi.html

Posting Komentar - Back to Content